Hampir tidak ada orang Indonesia
yang tidak mengenal nama WS Rendra, seorang penyair dan sastrawan yang bisa
dikatakan mempunyai jiwa ‘memberontak’ terhadap kemapanan. Terlahir dengan nama
WILLIBRORDUS SURENDRA BROTO RENDRA, di Solo, tanggal 7 November 1935, pasti
bisa ditebak bagaimana lingkungan keluarganya, yakni agama Katholik yang kuat. Ia
menyelesaikan SMA nya di St Josef Solo, dilanjutkan pada Fakultas Sastra dan
Kebudayaan Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta, ditambah lagi dengan American
Academy of Dramatic Arts, New York, AS pada tahun 1967.
Ia memang telah memilih jalan hidup
sebagai seniman. Sejak muda, ia telah malang-melintang di dunia teater. Bahkan,
kemudian ia dikenal sebagai "dedengkot" Bengkel Teater sewaktu masih
tinggal di Yogyakarta . Melalui Bengkel Teater
inilah ia mendapatkan segalanya,: popularitas, istri, dan juga materi. Bahkan
tidak tanggung-tanggung, dalam kehidupannya sebagai seniman yang miskin pada
waktu itu, ia dapat memboyong seorang putri Keraton Prabuningratan, BRA
Sitoresmi Prabuningrat, yang kemudian menjadi istrinya yang kedua.
Melalui perkawinannya dengan putri
keraton inilah, akhirnya WS Rendra menyatakan dirinya untuk memeluk agama Islam.
Dalam rentang waktu perkawinan yang cukup panjang, yakni setelah memperoleh 4
orang anak, perkawinannya dengan ‘putri keraton’ ini akhirnya kandas, tetapi ia
tetap keyakinannya sebagai seorang muslim, tidak kembali ke agama Katholik yang
dipeluknya sebelum perkawinan keduanya.
Meskipun sudah menjadi orang Islam,
tetapi WS Rendra masih suka meminum minuman keras. Mungkin karena kurang
memahami ilmu-ilmu keislaman, seenaknya saja ia berkata bahwa tidak ada masalah
dengan hal itu. Waktu itu ia selalu berkata enteng, sesuai dengan jiwa
senimannya, “Kalau saya membaca bismillahirrahmanirrahim, maka minuman keras
menjadi air biasa saja!!”
Setelah perkawinannya dengan istrinya
yang ketiga, yakni Ken Zuraida, ia semakin rajin beribadah dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Dan bukan suatu kebetulan juga, jika ia kemudian bergabung
bersama Setiawan Djodi dan Iwan
Falls dalam grup Swami
dan Kantata Takwa. Pemahaman dan keyakinannya kepada Islam yang makin mendalam
yang membuatnya mengambil keputusan itu.
Bagi Rendra, puisi bukan hanya
sekadar ungkapan perasaan seorang seniman, tetapi lebih dari itu, puisi
merupakan sikap perlawanannya kepada setiap bentuk kezaliman dan ketidak-adilan.
Dan, itulah manifestasi dan sikapnya dalam ‘mengamalkan’ perintah amar ma'ruf
nahi munkar seperti yang tercantum dalam Al-Qur'an.
Sebagai penyair, ia berusaha
konsisten dengan sikapnya. Baginya, menjadi penyair pada hakikatnya menjadi
cermin hati nurani dan kemanusiaan. Penyair itu bukan buku yang dapat dibakar
atau dilarang, bukan juga benteng yang bisa dihancur leburkan. Ia adalah hati
nurani yang tidak dapat disamaratakan dengan tanah. Mereka memang dapat
dikalahkan, tetapi tidak dapat dihancurkankan begitu saja hingga melebur dengan
tanah.
Ketika akhirnya ia berkesempatan
untuk naik haji, apa saja yang diminumnya masih terasa seperti minuman keras bermerek
Chevas Regal. Minum di sini, minum di sana ,
rasanya seperti minuman keras, bahkan, air zamzam pun dirasanya seperti Chevas
Regal, sampai ia bersendawa, seperti orang yang selesai meminum minuman keras.
Ia sangat sedih mengalami keadaan itu. Dengan lirih, ia berdoa. "Aduh, ya
Allah, saya ini sudah memohon ampun. Ampun, ampun, ampun, ya Allah….."
Rendra betul-betul merasa takut
merasakan hal itu, jangan-jangan taubatnya tidak diterima Allah. Ia merasa
malu, kecut, sekaligus juga marah, sehingga rasanya ia ingin berteriak keras,
"Bagaimana, sih, ya Allah? Apa maksud-Mu? Jangan permalukan saya, dong!"
Ia baru bisa merasakan segarnya air
lagi setelah menyelesaikan rangkaian ibadah haji, yakni dalam penerbangan dari
Jedah ke Amsterdam .
Mungkin itu menjadi pertanda kalau hajinya diterima, yakni Haji Mabrur. Ia
bersyukur dalam hati, “Alhamdulillah! Setelah ini, saya tidak akan meminum
minuman keras lagi. (Albaz - dari Buku "Saya memilih Islam" Penyusun
Abdul Baqir Zein, Penerbit Gema Insani Press website).
Disunting dari : WS Rendra : Air zam-zam
pun rasanya seperti minuman Chevas Regal
Swaramuslim.net, Journey to Islam, 10 Dec
2005 - 5:40 pm (1.107)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar