Terlahir dengan nama Pek Kim Lioe,
pada 22 Oktober 1953 di Batu, Malang ,
Jawa Timur, dalam pergaulan sehari-harinya ia dipanggil dengan nama Leoni.
Kalau kemudian ia dikenal dengan nama Putri Wong Kam Fu, tidak lain karena ia
adalah cucu dari seorang ahli Astrolog terkenal bernama Empeh Wong Kam Fu, yang
di kemudian hari ia juga ‘mewarisi’ ilmu tersebut.
Leoni adalah putri tunggal dari
pasangan Pek Sek Liang dan Ani, sebuah keluarga WNI keturunan Cina. Sejak kecil
ia dididik dalam lingkungan Nasrani, mulai SD hingga SMA, tetapi mereka tinggal
di perkampungan muslim. Walaupun demikian, pergaulan dan interaksi mereka dengan
warga sekitarnya sangat erat. Mereka sudah menganggap keluarga Leoni seperti
saudara sendiri, sehingga sejak awal ia telah merasakan adanya persamaan dan
persaudaraan dalam Islam. Dan dari sini pulalah sedikit demi sedikit ia mulai
mengenal ajaran mereka.
Sebelum menamatkan SMA-nya, Leoni
telah dipinang dan kemudian menikah dengan Gabriel Dela Dorolatta Mustar,
seorang pemuka Nasrani yang berasal dari Nganjuk. Mustar adalah seorang guru sebuah
SMP di Batu, dan mereka tetap tinggal di lingkungan yang sama hingga ia
mempunyai beberapa orang anak.
Suatu ketika Leoni dan suaminya
sedang menonton televisi mengenai Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) yang
disiarkan langsung dari kota Pontianak (Kalbar). Saat acara berlangsung, mereka
menatap dengan penuh perhatian, tetapi tetap membisu saja, seolah tenggelam
dalam pikiran masing-masing. Tetapi tiba-tiba suaminya berkata, "Leoni,
bagaimana kalau kita masuk Islam?"
Pertanyaan yang sangat tiba-tiba
ini membuat Leoni kaget, tetapi ia tetap membisu sambil menatap suaminya.
Pertanyaan seperti itu sepertinya telah menjadi ‘penantiannya’ sejak lama,
walau mungkin hanya tersimpan di alam bawah sadarnya. Suatu pertanyaan atau
ajakan yang tanpa disadarinya sangat diharapkannya muncul. Dan ketika hal itu
benar-benar terlontar, pertanyaan itu terasa memberikan kedamaian. Ada kesejukan dalam batinnya
saat itu.
Sesungguhnya sudah lama Leoni
merindukan sebuah kedamaian. Sebelumnya, ia pernah merasakan suatu kedamaian
ketika mendengar suara adzan magrib dan subuh dari sebuah masjid yang berada
tak jauh dari tempat tinggalnya. Alunan suara yang memanggil orang islam untuk
segera shalat ini, sering membuatnya resah. Diam-diam ia mencari tahu, sesungguhnya
rahasia apa yang ada di balik suara yang menggetarkan hatinya itu. Tanpa
diketahui suaminya, ia mulai mempelajari buku-buku agama Islam yang dibelinya
diam-diam. Terkadang, tanpa rasa malu dan sungkan ia mendatangi tokoh-tokoh
agama di kampungnya, dan bertanya berbagai hal yang berkaitan dengan Islam.
Perubahan yang terjadi pada Leoni
sepertinya tidak lepas dari perhatian kakeknya, Empeh Wong Kam Fu. Karena itu
suatu kali beliau memperkenalkannya dengan Haji Masagung (almarhum), seorang
pengusaha muslim keturunan Cina dan juga teman kakeknya itu sejak kecil. H
Masagung memberinya dua buah buku agama yang berjudul : “Dialog Islam dan
Kristen” dan “Sejarah Islam Tionghoa”.
Setelah membaca dan mempelajari dua
buku itu, pengaruhnya terhadap keimanannya ternyata cukup besar. Tetapi semua kegiatannya
(mempelajari Islam) dan perubahan perasaannya (terhadap keimanannya) sengaja disembunyikannya.
Tak pernah sedikitpun ia membicarakannya dengan suaminya, karena ingin menjaga
perasaannya. Bagaimanapun juga suaminya itu berasal dari keluarga Nashrani yang
terkemuka, tentunya apa yang dilakukan dan dirasakannya itu akan ‘mencoreng’
nama baik keluarga besarnya.
Rasa simpati kepada orang Islam dan
ajarannya makin tak tertahankan ketika kakeknya, Empeh Wong Kam Fu meninggal
dunia. Kendati kakeknya seorang Tionghoa yang beragama lain, ternyata yang
datang melayat dan membantu mengurus jenazah justru orang Islam setempat.
Mereka dengan sukarela dan ikhlas membantu tanpa melihat latar belakang suku
dan agama. Hatinya makin terpesona dengan kekerabatan orang Islam setempat.
Rasanya, saat itu juga ia ingin mengutarakan kepada suaminya, apa yang selama
ini dipendamnya, tetapi ia masih bisa menahannya.
Ternyata suaminya diam-diam juga mengamati
kegiatan orang Islam di sekitar rumah tinggalnya. Ia sangat terharu pada
keikhlasan masyarakat dalam membantu keluarga besar istrinya yang tengah
mendapat musibah. Puncaknya, adalah ketika ia mendengarkan lantunan ayat-ayat
suci Al Qur’an saat menonton siaran MTQ Nasional di Pontianak melalui tayangan televisi,
kemudian melontarkan ajakan untuk memeluk Islam kepada Leoni.
Tentu saja Leoni menyambut gembira
ajakan suaminya itu, dan ia menyampaikan apa yang selama ini tersimpan dalam
perasaannya. Akhirnya mereka berdua sepakat untuk menemui Haji Masagung. Tetapi
sesampainya di Jakarta ,
mereka tidak mendapat sambutan ‘gegap gempita’ dari beliau sebagaimana
membludaknya perasaan dan semangat mereka untuk memeluk Islam. Dengan tenang
beliau berkata, "Bila hendak menjadi seorang muslim sejati, syaratnya
harus berani menderita dan mati atas nama Islam. Dan, kalau kalian mau masuk
Islam, tak perlu jauh-jauh ke Jakarta .
Cukup melalui KUA (Kantor Urusan Agama) setempat saja."
Setelah bertemu Haji Masagung dan
mendapat nasehat-nasehat yang cukup menyejukkan hati, mereka segera pulang ke Malang . Sesuai saran teman
kakeknya itu, mereka menemui Pak Kasdri, modin (modin=imamud-diin, pimpinan
agama) yang juga menjadi muadzdzin di masjid. Kedatangan mereka disambut dengan
sukacita. Wajah Pak Kasdri berseri-seri saat mendengar niat kami masuk Islam.
Esok harinya, Pak Kasdri mengajak mereka ke kantor KUA Kecamatan Batu. Disana
kami dipertemukan dengan staf KUA, Bapak Nursyasin Masdrah. Oleh beliau mereka
diimbau untuk berpikir dan mempertimbangkan masak-masak. Namun, keinginan untuk
masuk Islam sudah menggebu-gebu, terutama suaminya. Ia langsung menanyakan
berbagai hal kepada Pak Nuryasin. Semua pertanyaan suaminya dijawab dengan
sabar olehnya.
Untuk memantapkan hati, mereka
terus berdialog dengan Pak Kasdri dan seorang ulama dan tokoh Islam di Malang, KH
Suyuthi Dahlan (Almarhum). Sebagai orang tua, mereka juga memberitahukan dan
mengajak anak-anaknya untuk memeluk Islam. Ajakan itu ternyata direspon positif
oleh anak-anaknya, dan mereka bersedia untuk memeluk Islam bersama orang
tuanya.
Setelah beberapa kali
berkonsultasi, akhirnya taufik dan hidayah itu datang juga memantapkan mereka
untuk memeluk Islam. Sebelum mengucapkan syahadat, mereka sekeluarga
mempersiapkan diri. Leoni membersihkan seluruh tubuhnya, begitu juga dengan
suami dan anak-anaknya. Leoni mengenakan kain panjang dan baju kebaya tertutup
dan memakai kerudung. Suaminya mengenakan kain sarung, baju putih lengan
panjang dan kopiah. Demikian juga dengan anak-anaknya. Tepat bakda (setelah)
shalat Jumat, di Masjid an-Nur, Kidul Pasar Malang, pada tanggal 12 Juli 1985, mereka
sekeluarga dibimbing KH Suyuthi Dahlan, mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat.
Sungguh, Leoni tak dapat menahan rasa harunya, tanpa terasa air matanya
menetes. Ia sangat bersyukur, dan tiba-tiba saja hatinya yang selama ini
gelisah menjadi damai.
Setelah menjadi seorang muslimah, namanya
diganti menjadi Fatimah, nama pemberian itu digabungkan dengan nama lamanya,
sehingga menjadi Leoni Fatimah. Nama suaminya diganti menjadi Mohammad Mustar.
Keharuan kian menjadi setelah ikrar selesai, Pak Kasdri memberi selembar
sejadah kepadanya, dan HA Zalaroa, memberi suaminya kopiah. Para
tetangga menyambut gembira dan bersyukur atas keislaman mereka sekeluarga.
Untuk menambah dan memperkokoh keimanan, Leoni bersama suami dan anak-anaknya
mulai aktif belajar membaca dan menulis Al-Qur'an serta mengikuti berbagai pengajian.
Leoni mendirikan mushala di rumah untuk shalat berjamaah, dan pada tahun 1987 ia
dapat menunaikan ibadah Haji.
Leoni mulai aktif berdakwah setelah
terpilih menjadi Ketua Yayasan Karim Oei Jawa Timur, pada 26 November 1995.
Dalam memimpin yayasan ini ia mencanangkan salah satu program untuk mengajak
warga keturunan untuk mengenal dan memahami Islam secara lebih mendalam, yaitu
lewat kegiatan rutin belajar membaca dan menulis Al-Qur'an dan berbagai macam pengajian.
Disunting dari : Putri Wong Kam Fu (Pek
Kim Lioe) : Tergugah Acara MTQ Nasional
Swaramuslim.net, Journey to Islam, 01 Nov
2003 - 11:03 pm (1.005)